Pisang Raja
Pagi yang cerah dengan sinar mentari yang mulai menghangatkan suhu yang tadinya sangat dingin di desa ini, yang suasananya sudah tidak bisa disebut desa lagi. Desa yang sudah dipenuhi bangunan ruko dan kompleks perumahan menengah hingga elit. Jam tangan menunjukkan pukul tujuh lewat lima belas menit pagi. Sudah tidak terlihat orang tua mengantar anak-anak sekolah, karena pelajaran di sekolah sudah dimulai sejak pukul tujuh. Stok pisang raja untuk isian roti telah habis, jadi harus segera beli karena produksi pagi ini akan dimulai. Seperti biasa aku beli di warung khusus jualan pisang dan parut kelapa, tak jauh dari rumah. Penjaga warung pisang bukan orang seperti biasanya. Mungkin saudara atau tetangga pemilik warung, atau orang yang dibayar untuk melayani pembeli. Aku sibuk memilih pisang raja yang sudah matang dan ukuran pas untuk isian roti. Bapak penjaga warung bertanya, "Mau yang mana, Teh?" dengan logat Sundanya. "Yang ini saja, Pak," kataku sambil menunjuk se...